We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Senin, 22 Juni 2020

3 Resep Sukses Guru yang Pendiam dalam Mengelola Kelas

3 Resep Sukses Guru yang Pendiam dalam Mengelola Kelas


oleh : Dani Makhyar, M. Pd.

Anda seorang guru yang pendiam? Lho kok bisa? Ya bisa dong. Menjadi seorang guru kan tidak harus menjadi hak perogratif bagi mereka yang tidak pendiam saja bukan? Bagaimana rasanya menjadi seorang guru yang pendiam? Lalu, jika gurunya pendiam, apa jadinya suasana kegiatan belajar mengajar di kelas? Hmm…rasa-rasanya pertanyaan saya yang terakhir ini hanya retoris belaka. Jadi, cukup Anda jawab dalam hati saja. Bagaimana? Sepakat bukan?
Sederet pertanyaan yang lain sejujurnya masih mengantre di benak saya. Kebetulan saya termasuk guru yang lumayan “ramai” ketika sedang mengajar di kelas. Hampir selalu ada saja kalimat yang dapat saya lontarkan kepada para peserta didik di hadapan saya. Menjelaskan materi yang sedang dipelajari, itu pasti. Menyapa atau menegur peserta didik, itu juga saya lakukan. Memberikan apresiasi berupa pujian terhadap siswa yang berprestasi, baik dari segi sikap, maupun berprestasi secara akademik, apalagi. Jadi, sesungguhnya saya cukup syok tatkala harus mencoba menuliskan beberapa resep untuk guru yang pendiam dalam mengelola kelas. Betapa tidak, dalam pandangan awam saya, komunikasi antara seorang guru dengan para peserta didik menjadi salah satu kunci utama dalam menunjang keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar. Lha, kalau gurunya pendiam bagaimana? Jangan khawatir, sekalipun termasuk tipe guru yang pendiam, tidak menutup kemungkinan Anda akan tetap mampu mengelola kelas dengan baik dengan tiga resep berikut ini.
1.   Buatlah semacam kontrak belajar sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, misalnya pada awal semester atau pada awal tahun ajaran baru. Kontrak belajar adalah kesepakatan-kesepakatan yang dibuat antara guru dan peserta didik. Misalnya, dibuat kesepakatan bahwa seluruh peserta didik harus menyimak saat guru sedang berbicara atau menjelaskan materi pelajaran. Hendaknya kontrak belajar dibuat secara tertulis dan ditempel di dinding kelas. Jika hal tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama, guru akan lebih leluasa saat ia harus berbicara. Khusus untuk guru yang pendiam, resep pertama ini bisa jadi sangat membantu bukan?
2.   Gunakan kode tertentu yang menjadi budaya kelas. Misalnya kode tepuk tangan dari guru. Tatkala guru bertepuk tangan satu kali, artinya seluruh peserta didik harus duduk rapi. Tepuk tangan dua kali, artinya peserta didik harus memperhatiakan guru, dst.
3.   Gunakan berbagai metode/model pembelajaran yang bervariasi dan berpusat kepada peserta didik. Kegiatan seperti diskusi kelompok, bermain peran, berbagai games/permainan, performance/demonstrasi, melakukan percobaan dll. akan sangat diminati peserta didik. Selain itu, pemanfaatan berbagai media audio visual ataupun fitur-fitur yang ada dalam gadget untuk kegiatan pembelajaran tidak akan membuat siswa bosan. Dengan sendirinya hal tersebut akan banyak membantu guru.
Itulah tiga resep yang bisa saya share kapada Anda kali ini, Jujur ya, saya tidak bermaksud mengajari, Akan tetapi saya percaya, meskipun Anda guru yang pendiam, sesungguhnya Anda tetap guru yang hebat. Harapan saya, dengan resep sederhana tadi, baik saya maupun Anda, dapat mengelola kelas dengan lebih baik lagi. Selamat mencoba ya!


Selasa, 16 Juni 2020

Better Late than Never

Better Late than Never



Oleh: Dani Makhyar, M. Pd.

Sepuluh hari sudah berlalu. Namun, resume Pembelajaran “Menulis Online Bersama Om Jay” pertemuan ketiga yang diselenggarakan pada 5 Juni lalu bersama Ibu Kanjeng belum juga tuntas. Kebelumtuntasan saya menuliskan resume tentunya dengan berbagai alasan, salah satunya adalah faktor kesibukan. Klasik memang karena sesungguhnya setiap orang pasti punya kesibukan. Hmmm… kalau begitu, dengan sendirinya alasan kesibukan jadi terbantahkan, bukan? Hehe…exactly! Tinggal bagaimana pintar-pintarnya kita menyiasatinya saja. Dengan kata lain, faktor utama yang bisa mengentaskan segala excuse seperti itu dikembalikan kepada diri kita sendiri. Ya, makhluk itu bernama motivasi.
Seperti pada malam itu, dengan besusah-payah saya pun menghadirkan motivasi yang kuat. Saya sudah standby di depan HP untuk menyimak materi yang akan disampaikan. Mengagumkan. Itulah satu kata yang saya sematkan untuk pemateri yang luar biasa malam itu, yaitu Ibu Sri Sugiastuti atau yang dikenal dengan sebutan Ibu Kanjeng. Penyampaian materi oleh beliau tentang “Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku” diawali dengan penjelasan panjang lebar melalui voice note, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab secara tertulis di grup WA. Maka, beruntunlah puluhan pertanyaan dari peserta ditujukan kepada beliau. Pertanyaan demi pertanyaan mengalir terus seakan tiada henti. Namun, semua pertanyaan yang nyaris membuat kewalahan Bu Fatimah yang kala itu  menjadi moderator, dibabat habis oleh Bu Kanjeng dengan jawaban yang mudah dipahami.
Menurut wanita hebat kelahiran 8 April 1961 ini, beliau sebetulnya merasa terlambat belajar menulis. Karier menulisnya dimulai ketika usianya menjelang setengah abad. Usia yang bisa dikatakan tidak muda lagi. Akan tetapi, semangatnya yang luar biasa mengantarkannya menjadi seorang penulis yang sangat produktif.
Menurut Ibu Kanjeng, tahun 2010 dianggap sebagai tahun keberuntungannya. Pada tahun tersebut, dua buku karyanya yang berjudul SPM Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK dan buku antologi Diary Ketika Buah Hati Sakit diterbitkan Penerbit Erlangga. Selain itu, dalam rangka hari Kartini, diterbitkan pula buku keroyokan kompasianer tahun 2014 yang berjudul 25 Kompasianers Merawat Indonesia. Pada tahun yang sama, sebuah  penerbit indie, Peniti Media, menerbitkan karyanya berjudul Indonesia Satu serta beberapa buku antologi seperti Muara Kasih Ibu,  Go to 2020, dan Move on. 
Tak hanya sampai di situ, pada tahun 2013, tiga buah bukunya berhasil diterbitkan. Sebuah buku parenting berjudul Seni Mendidik Anak Sesuai Tuntunan Islami diterbitkan Penerbit Mitra Widyawacana, Jakarta. Lalu, sebuah novel hidayah berjudul Kugelar Sajadah Cinta diterbitkan penerbit indie Bentang Pustaka, Sidoarjo dan novel Deburan Ombak Waktu diterbitkan penerbit indie Goresan Pena, Cirebon.
Dua tahun kemudian, buku PM Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK edisi baru diterbitkan kembali oleh Penerbit Erlangga. Pada tahun berikutnya buku The Stories Cakes For Beloved Moms diterbitkan oleh penerbit indie Oksana. Bahkan, pada tahun 2017 karya-karya beliau membanjir laksana air bah, seperti buku The Stories of Wonder Women yang diterbitkan Penerbit Media Guru. Wow English is So Easy Kids, novel Tipuan Asmara, novel Perempuan Terbungkas, buku motivasi Catatan Religi Bu Kanjeng, dan tiga buku parenting yaitu Merawat Harapan, The Power of Mother’s Prayer, serta Masuk Surga Karena Anak. Luar biasa bukan?
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Ibu Kanjeng berproses menjadi seorang penulis itu pada saat usia hampir mendekati usia lima puluh tahun. Akan tetapi, dengan berbekal pedoman better late than never, beliau terus berusaha dan belajar hingga akhirnya beliau katagihan untuk bisa menulis buku dan terus meng-upgrade diri agar bisa “naik kelas”.
Pada tahun 2007, pada saat beliau jeda setelah 25 tahun, akhirnya beliau baru bisa mengambil kuliah S2. Pada saat itulah beliau harus berkenalan dengan internet, harus berkenalan dengan medsos, harus banyak ke perpustakaan ataupun ke toko buku. Sampai pada akhirnya beliau menemukan sebuah buku karangan R. Sis yang biasa dipanggil Kang Iwa. Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa menulis itu gampang. Dari buku itulah beliau termotivasi dan meyakini bahwa dirinya harus bisa menulis.
Setelah itu, pada tahun 2009, ketika mengikuti rapat di MGMP Bahasa Inggris, beliau diajak seorang temannya untuk menulis buku ajar. Kebetulan saat itu yang membutuhkan para penulis buku adalah Penerbit Erlangga. Karena diajak teman, dengan PD-nya beliau mengatakan kesiapannya. Akhirnya mereka pun menyusun buku Seri Pendalaman Materi Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK. Proses membuat buku ajar itu cukup lama, kurang lebih selama enam bulan. Setelah direvisi, akhirnya pada bulan Oktober 2010 buku itu terbit. Walaupun disusun oleh dua orang penulis, penyusunan buku tersebut melibatkan satu orang dari pihak Erlangga sebagai penasihat atau providernya, yakni Bu Eli Sofa. Jadi, satu buku terdiri atas tiga orang tim penyusun.
Dari buku itulah beliau mulai merasakan suatu keuntungan dalam bentuk kepuasan karena buku itu tingkat nasional dan dipakai untuk siswa SMK khususnya kelas XII. Selain itu, beliau pun menikmati royalti yang setiap semester pasti mengalir ke dalam buku rekeningnya. Wow, asyik bukan?
Buku itu dapat dikatakan laris manis karena pada tahun 2015 ada edisi revisinya. Bahkan, penulisnya ditambah lagi satu orang. Kebetulan buku karya beliau tersebut termasuk buku yang harus dibeli oleh siswa, masuk dalam bidang pengadaan. Jadi, buku tersebut digunakan hampir di seluruh Indonesia. Karena sekupnya tingkat nasional, omset penjualannya pun laris manis sehingga hal itu mengimbas juga kepada penulisnya. Nah, di saat itulah beliau dibuat tercengang sekaligus bersyukur karena pundi-pundi yang masuk ke nomor rekeningnya sangat besar, hampir lebih dari uang sertifikasi. Beliau pun memanfaatkan uang tersebut untuk belajar dan belajar lagi.
Itulah pengalaman beliau ketika menerbitkan buku di penerbit mayor. Penerbitnya memang cukup representatif, yaitu Penerbit Erlangga. Untuk bisa menembus ke sana, tentu bukanlah hal yang mudah. Beliau menganggap hal tersebut bukan sebagai faktor kebetulan, melainkan sebagai cara Allah menemukan takdir dari tulisan-tulisan yang sudah ditorehkan beliau.
Nah, paparan beliau selanjutnya adalah seputar pengalaman beliau menggunakan nama pena Astutiana Mujono. Nama itu terinspirasi saat beliau mengisi blog yang lumayan keren yaitu Kompasiana, atau seperti Indosiana yang menggunakan “ana” pada akhir suku katanya sehingga nama Astuti pun diubah menjadi Astutiana. Namanya juga penulis pemula, di situ beliau menulis apa yang ada di hati dan dipikiran sampai setebal 418 halaman. Buku itu berkisah dimulai dari kisah ibunya saat remaja bertemu ayah dulu, hingga kisah Ibu Kanjeng sampai mentok berusia 50 tahun.
Setelah itu, beliau sering ikut menulis berbagai buku antologi, baik yang diajak oleh teman-temannya yang cinta literasi, ada yang dari kompasiana, ada yang dari emak-emak bloger, maupun dari komunitas-komunitas lain dengan berbagai tema. Jadi, kalau dihitung-hitung, ada sekitar 25 buku antologi. Jumlah yang sangat fantastis!
Menurut Ibu Kanjeng, dengan kita ikut menulis di buku antologi itu, kita belajar berbagai macam jenis  tulisan dari teman-teman kita. Kita juga akhirnya memiki ciri kepenulisan sendiri. Dalam proses belajar menulis sekaligus menerbitkannya sendiri, itu memang gurih-gurih sedap. Beliau bisa bertemu Om Jay pada tahun 2013. Waktu itu beliau sudah menerbitkan tiga buah buku, yaitu sebuah buku ajar, sebuah buku parenting, dan sebuah novel Kugelar Sajadah Cinta.
Dalam novel tersebut dikisahkan mulai ibunya remaja hingga Ibu Kanjeng berusia 50 tahun,  selasai kuliah S2, termasuk juga kisah pada tahun 2006 yang mendapat kemudahan untuk melaksanakan ibadah haji, Jadi, kiah-kisah tersebut sudah dirangkum menjadi biografi mini beliau. Buku tersebut dijadikan buku pedoman atau pusat ide beliau. Jadi, kalau beliau ingin menulis tentang apa pun, idenya dari situ kemudian bisa beliau kembangkan.
Buku berikutnya adalah buku parenting Seni Mendidik Anak secara Islami. Buku tersebut diterbitkan penerbit semimayor. Artinya, ketika buku itu diterbitkan, beliau tidak mengeluarkan uang. Namun, beliau diberi 100 buku untuk dijual dengan diskon 40%. Alhamdulillah ke-100 buku itu dapat dijual semua. Lalu, pada tahun 2017, ketika ditanyakan kepada penerbitnya perihal bukunya itu, alhamdulillah, beliau masih mendapat sedikit royalti dari penjualan buku tersebut.
Selanjutnya proses beliau  menulis buku/belajar. Beliau termasuk orang yang sangat getol atau suka silaturahmi dan ikut belajar, jadi rasa ingin tahunya sangat besar. Waktu orang ramai-ramai ribut ngeblog dapat uang, punya web dapat uang, beliau pun ikut belajar. Sampai-sampai beliau memanggil mentor untuk mengajari beliau dengan biaya yang cukup mahal, tidak seperti saat ini yang semua digelar secara gratis, dan itu juga hasilnya hanya pengalaman saja karena  tidak bisa maskimal.
Dengan adanya berbagai macam dunia kepenulisan, beliau semakin lama semakin tertarik. Seperti Media Guru beberapa kali mengadakan pelatihan dan beliau dengan gembiranya mengikti kegiatan itu. Kemudian kegiatan-kegiatan lain, baik diklat yang diadakan daring maupun luring, beliau pasti ikut. Selain beliau gunakan sebagai ajang silaturahmi, di situ beliau semakin banyak mengenal berbagai teman yang berprofesi sama sebagai penulis. Pepatah mengatakan kalau ingin jadi penulis, harus bergaul dengan penulis. Kalau mau harum wanginya, dekat-dekatlah dengan penjual parfum. Kalau berteman dengan pandai besi, aromnya adalah aroma besi. Maka, seiring dengan berjalannya waktu, beliau pun akhirnya naik kelas, sering diajak untuk mengisi, untuk berbagi, kadang juga mengisi acara bedah buku.
Ada salah sastu buku beliau walaupun dicetak indie tetapi lebih dari 1.00 ekslempar. Judul buku tersebut adalah The Stories of Wonder Woman. Buku tersebut lebih kepada kisah motivasi bagaimana perempuan tangguh berusaha untuk menggapai ridho Alloh. Buku itu ditulis cukup lama, kurang lebih sekitar delapan bulan. Karena diambil dari true story, jadi bentuknya lebih ke faksi, yaitu fakta tetapi fiksi. Nama tokoh dalam buku tersebut sudah diganti dengan nama samaran. Adapun tujuan beliau menuliskan kisah tentang kehidupan perempuan tangguh itu paling tidak bisa memotivasi perempuan-perempuan lain bagaimana agar tetap bersemangat, tidak putus asa, selalu bersabar, bersyukur, dan ikhlas ketika menghadapi cobaan.
Sebelum pertemuan ketiga perkuliahan online ini diakhiri, Bu Kanjeng menyampaikan beberapa pesan penting antara lain sebagai berikut. Menulis itu keterampilan, bukan bakat. Jadi, berlatihlah dan tulislah berbagai ide yang terserak di sekitar  kita. Jadikan menulis dan membaca sebagai gaya hidup. Tentu saja membaca yang selektif dengan kacamata yang utuh. Istikamahlah dalam menulis dan biarkan tulisan itu menemui takdirnya. Jangan risaukan, tetaplah menulis dan belajar meng-upgrade diri agar naik kelas. Menulislah apa yang disukai dan dikuasai….
Wow, paparan luar biasa dan sangat mengagumkan, bukan? Tak terasa hari terus berlalu. Hingga pada akhirnya aku pun baru bisa mengirimkan resume ini via email beliau tepat pukul 00.01 WIB. Telat dua menit dari dead line batas pengiriman resume yang sudah disepakati. Hmm…telat ya? Yups, better late than never hehe….



Selasa, 09 Juni 2020

SESAL

SESAL


Oleh : Dani Makhyar, M. Pd.

 “Apapun alasanmu, Ibu tetap keberatan,” kata perempuan paruh baya itu dengan nada sedih.
“Tapi ini kesempatan Bu. Bukannya Ibu pernah bilang, kesempatan itu tidak pernah datang dua kali? Pokoknya proyek itu tetap harus berlanjut,” timpalku meninggi. 
“Tapi Nak....”
Belum sempat Ibuku memberikan penjelasan, aku sudah memotong ucapannya.
“Ah, sudahlah Bu! Toh kalau proyek ini sukses, Ibu juga akan kecipratan hasilnya.” Aku pun berlalu meninggalkan ibuku begitu saja. Tentu dengan menenteng selembar map berisi sertifikat rumah dan tanah ibu di genggamanku. Sekilas istriku memeluk ibuku yang mulai menangis tersedu-sedu. Aku bergeming.
***
“Gimana Pak Bos, proyeknya dilanjutkan apa tidak? Kami masih berbaik hati lho selama sebulan ini menunggu kabar baik dari Pak Bos....” Tampak sederet pesan WhatsApp diakhiri emot smile dari Pak Robby, kontraktor pembangunan hotel yang sedang kubangun di Tanjung Lesung, di kawasan Provinsi Banten.
“Iya dong. Lanjutkan Pak!” balasku singkat.
Ya, sambil menunggu proses pencairan dana dari bank, kuisi waktuku dengan membuka beberapa pesan penting. Sementara pesan-pesan dari beberapa grup WA hanya kubuka tanpa kubaca.  
“Silakan Bapak tanda tangani beberapa berkas ini. Kami pastikan pekan ini uangnya akan kami cairkan langsung pada nomor rekening Pak Ryan. Sementara sertifikat rumah dan tanah sebagai jaminan yang Bapak berikan, kami pastikan pula akan kami kembalikan setelah lunas angsuran. Bagaimana Pak Ryan?” kata pihak bank sangat ramah.
“Baik Pak, terima kasih,” jawabku sambil kujabat tangannya. Aku pun berpamitan.
“Yes! Akhirnya...,” bisikku dalam hati.
***
Sebulan berlalu. Kuputuskan hari ini aku meluncur ke Tanjung Lesung. Ingin kupastikan pekerjaan Pak Robby dan anak buahnya bisa dipercaya atau tidak. Hanya beberapa jam saja aku sudah tiba di lokasi. Pak Robby segera menyambutku.
“Bagaimana Pak Bos? Tinggal 30% lagi. Saya jamin dalam tiga pekan ke depan semuanya akan beres,” jelas Pak Robby sambil menemaniku mengecek bangunan hotel yang hampir rampung.
“Baik Pak Robby, sisa kekurangan dananya akan saya transfer besok pagi. Jujur saya sangat puas dengan hasil kerja Pak Robby dan kawan kawan.” Pak Robby pun tertawa bangga. Di sela-sela saat makan siang bersama Pak Robby, tiba-tiba HP-ku menjerit nyaring.
“Mas, Ibu masuk UGD.” Rupanya istriku yang meneleponku.
“Kamu tahu kan aku lagi di Tanjung Lesung?” jawabku ketus.
“Tapi Mas....”
Segera kututup HP-ku. Lalu, kulanjutkan bincang-bincang dan makan siang bersama Pak Robby. Huh, kalaupun aku harus segera menyusul ke rumah sakit melihat kondisi Ibu, kan ada dokter ahli yang bisa menangani Ibu. Aku agak kesal karena telepon tersebut. Mengganggu saja pikirku. Aku harus tetap fokus. Telah kurencanakan grand launching hotelku bulan depan. Jadi, harus kupastikan proyek pembangunan hotel berjalan mulus. 
Setelah pembicaraan dengan Pak Robby kuanggap selesai, aku pun segera pulang ke rumah menuju Kota Serang. Selama di perjalanan hatiku berbunga-bunga. Kubayangkan nanti saat peresmian hotel aku mendapat banyak ucapan selamat dari berbagai kalangan. Termasuk dari para pejabat yang aku undang.  Aku lupa bahwa pada saat yang sama ibuku sedang terbaring lemah di rumah sakit.
***
Waktu berlalu begitu cepat. Sesuai dengan rencana, besok adalah hari yang sangat bersejarah bagikku. Acara grand launching hotel akan segera dilangsungkan. Seharusnya petang ini posisiku sudah standby di Tanjung Lesung. Akan tetapi, kondisi ibuku yang semakin kritis membuatku masih tertahan di rumah sakit ini. Aku semakin gelisah karena dua pilihan: bertahan di rumah sakit demi ibuku atau segera ke Tanjung Lesung untuk acara besok? Ah, semakin pusing saja aku. Aku lupa, tak sebait doa pun kulantunkan untuk kesembuhan ibuku, Pikiranku hanya tetap ke Tanjung Lesung: Grand Launching Ryan Hotel.
“Mas, apa tidak sebaiknya Mas turut mendoakan supaya Ibu lekas sembuh?” tanya istriku lembut.
Belum sempat kujawab pertanyaan istriku tersebut, tiba-tiba ibuku menggenggam tanganku sangat kuat. Beliau seperti memberi isyarat agar aku tetap berada di sampingnya. Samar-samar kudengar informasi di televisi.
“Pemirsa, tsunami setinggi lima meter menerjang kawasan pantai Selat Sunda. Kejadian tiba-tiba tersebut menyapu habis di wilayah Tanjung Lesung dan sekitarnya. Ratusan rumah dan sejumlah hotel rata dengan tanah....”
Aku mematung. Begitu shock dan tidak percaya dengan apa yang kusaksikan baru saja. Istriku menghampiriku cemas. Tiba-tiba pandanganku berkunang-kunang. Semuanya serba kuning. Lalu kabur. Lalu menjadi hitam dan gelap.

Minggu, 07 Juni 2020

Mengubah PTK Menjadi Buku? Why Not?

Mengubah PTK Menjadi Buku? Why Not?



Oleh: Dani Makhyar, M. Pd.

Materi “Belajar Menulis Online Bersama Om Jay Gelombang ke-12” kali ini adalah tentang “Mengubah PTK Menjadi Buku” Materi tersebut dipaparkan oleh pemateri andal dari Bandung yang berprestasi di tingkat nasional, Bu Hati Nurahayu, S. Pd., pada Rabu, 3 Juni lalu melalui WhatsApp Group.
Menurut Bu Hati, bagi seorang guru, membuat PTK menjadi sebuah kewajiban. Bahkan, bagi seorang guru PNS, PTK bisa digunakan untuk mengajukan kenaikan pangkat. Selain itu, ternyata setelah membuat PTK, seorang guru bisa mendapatkan PAK dalam versi lain, yaitu melalui PTK yang dijurnalkan dan atau PTK yang dibukukan.  Dengan kata lain, dari satu PTK yang dibuat, akan diperoleh multimanfaat bagi guru yang membuatnya, yaitu nilai PAK dari PTK itu sendiri, nilai PAK dari PTK yang dijurnalkan, dan nilai PAK dari PTK yang dibukukan. Tak hanya sampai di situ, PTK yang dibukukan dapat dijadikan sebagai sebagai bahan literasi bacaan bagi pendidik lain yang sedang menyusun PTK.
Berdasarkan pengalaman Bu Hati dalam menerbitkan PTK menjadi sebuah buku, ditemukan banyak versi dan ciri khas PTK. Dari sekian banyak naskah PTK yang diterima, Bu Hati tidak serta-merta menerbitkannya menjadi buku, tetapi mengubahnya terlebih dahulu agar menjadi buku yang oke dan menarik. Dalam mengubah PTK menjadi buku, yang manjadi hal terpenting adalah bagaimana seorang penulis memperbanyak isi materi variabel bebas berdasarkan kata kunci judul PTK. Dengan kata lain, bagaimana seorang penulis dapat memperluas isi bacaannya berdasarkan sumber-sumber yang relevan.
Selanjutnya, Bu Hati menuturkan bahwa dalam satu buku masih diperbolehkan terdapat dua PTK yang ditulis oleh dua orang yang berbeda, Akan tetapi, tentu para penulisnya akan mendapatkan angka kredit yang berbeda dengan buku yang berasal dari seorang penulis saja. Agar dapat disebut kategori aman untuk pengajuan angka kredit, buku yang berasal dari sebuah PTK minimal terdapat 70 halaman.
Tips lain yang dijelaskan Bu Hati terkait cara mengubah PTK menjadi sebuah buku adalah banyak membaca buku best seller. Dengan banyak membaca buku best seller, diharapkan penulis bisa banyak belajar menyajikan materi menjadi sebuah buku, melihat tata letak sebuah buku agar lebih menarik dibaca dengan segala variasinya. (Wah, rupa-rupanya Bu Hati mengarahkan kita sebagai penulis merangkap jadi seorang editor juga ya Bu? Hehe….)
Hal terpenting lainnya menurut Bu Hati adalah berbagai upaya yang kita lakukan agar isi buku PTK yang diterbitkan nantinya dapat dipahami pembaca secara lengkap dan mengena. Terkait hal ini, penulis diberi kebebasan karena pada dasarnya setiap penulis memiliki ide dan kreativitas masing-masing. Tentu saja perbedaan antara satu penulis dengan penulis lainnya disebabkan oleh pengalaman dan bacaan yang berbeda pula.
Nah, sekiranya hari ini kita ingin mengubah PTK menjadi sebuah buku, why not? Let’s do it!


Sabtu, 06 Juni 2020

Ngutang Resume

Ngutang Resume


Ngutang Resume
Oleh: Dani Makhyar, M. Pd.

Tugas kedua membuat resume “Belajar Menulis Online Bersama Om Jay Gelombang ke-12” kali ini menorehkan suka-duka juga luka yang cukup mendalam. Lho, kok bisa? Betapa tidak, setelah menyimak paparan materi tentang “Mengubah PTK Menjadi Buku” yang disampaikan oleh pemateri andal dari Bandung, Bu Hati Nurahayu, S. Pd., pada Rabu, 3 Juni lalu hingga pukul 23 WIB lebih sedikit, besoknya pagi-pagi sekali aku harus sudah membelah kabut, meluncur ke tempat aku bertugas untuk menghadiri rapat dinas kelulusan siswa kelas IX.  Enam jam perjalanan pulang-pergi menaiki sepeda motor plus enam jam menghadiri rapat dinas tersebut menyisakan lelah dan rasa nyut-nyut-nyut di hampir sekujur tubuh hingga saat aku menuliskan coretan kecil ini. Aku terkapar kelelahan setelah kusempatkan bersih-bersih tubuh, mengisi perut sekadarnya, dan melaksanakan salat.
Dua hari kemudian, tepatnya pada Jumat pagi, aku sudah duduk manis di depan laptop. Tekadku sudah menggebu untuk segera melunasi “utang” resume pertemuan kedua. Namun, tiba-tiba sebuah notifikasi di HP mengalihkan perhatianku. Sederet pesan WA dari wakasek kurikulum menginformasikan bahwa ada salah satu siswaku yang nilainya tidak lengkap. Ketidaklengkapan tersebut dapat menyebabkan status kelulusan siswa jadi tertunda. Seketika saja aku kalang kabut dibuatnya. Niat muliaku menyelasaikan utang ke Om Jay pun langsung buyar. Seharian penuh kucoba menghubungi siswa yang bersangkutan, sebut saja inisialnya NK. Kuhubungi rekan-rekan guru dan teman-teman NK agar informasi dari wakakur bisa sampai di tangan NK. Hasilnya nihil senihil aku melunasi utang membuat resume pertemuan kedua ini. Karena lumayan lelah, sambil rebahan kuputar rekaman audio dari pemateri pertemuan ketiga yaitu Ibu Sri Sugiastuti, M. Pd. Akan tetapi, baru saja kupejamkan mata ini, tiba-tiba sebuah notifikasi dari HP terdengar nyaring. Aku terperanjat. “Pak Dani, mohon maaf saya baru mengumpulkan tugas hari ini (NK)”. Kukondisikan perasaanku yang campur aduk sedemikian rupa. Kubalas pesan NK dengan ucapan terima kasih, kulengkapi nilainya dan kukirim segera ke wakakur, lalu aku bobo manis. Tekadku masih menyala, besok pagi utangku harus segera kulunasi. Titik.
Kubuka Kembali laptopku. PR niat muliaku melunasi utang tetap berkobar. Kesalahanku hanya satu: membiarkan HP tergeletak cantik di sebelah laptop. Hingga peristiwa yang hampir serupa pun terjadi lagi. Sebuah notifikasi di HP mengalihkan perhatianku lagi. Tak tahan aku untuk segera membuka sebuah pesan di dalamnya. “Dani, Teteh sudah di depan rumah.” Gubrak…! Aku syok, terdengar suara pintu gerbang rumahku dibuka. tampak rombongan keluarga besar kakak perempuanku memasuki rumahku. Kututup kembali laptopku. Kusambut mereka dengan hangat. Aku larut dengan bincang dan derai tawa bersama mereka hingga Isya menjelang. Kulayani mereka dengan baik semampu aku bisa. Mereka pun berpamitan. Aku tetap tersenyum sekalipun kembali lelah mendera. Kuputuskan untuk berbaing sejenak di atas sofa. Tanpa sadar aku pun tertidur pulas. Lha, terus tugas resumenya bagaimana? Kondisinya tetap sama: masih ngutang hehe…
Maafkan saya ya Om Jay ganteng, please!

Selasa, 02 Juni 2020

Sedikit demi Sedikit, Lama-lama Menjadi Bukit

Sedikit demi Sedikit, Lama-lama Menjadi Bukit


Sedikit demi Sedikit, Lama-lama Menjadi Bukit
Oleh : Dani Makhyar, M. Pd.

Di tengah rintik air hujan malam, saya tuliskan beberapa hal penting pertemuan pertama kuliah on line Belajar Menulis Gelombang 12 Bersama Om Jay.
Menurut Om Jay –seorang guru berprestasi dan inspiratif, penulis buku best seller, sekaligus blogger ternama di tanah air--, menulis buku itu memerlukan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu, beliau selalu menulis di blog setiap hari. Dengan menulis di blog setiap hari, Om Jay bisa membuat buku. Beberapa buku karya Om Jay di antaranya adalah Catatan Harian Seorang Blogger, Melejitkan Keterampilan Menulis Siswa, Blogger Ternama, dan Menulislah Setiap Hari.
Berkat menulis Om Jay mendapatkan pundi-pundi uang yang tidak sedikit, bisa menginap di hotel berbintang lima secara gratis, naik pesawat gratis, bisa jalan-jalan ke Bali dan diundang keliling Indonesia gratis, kuliah singkat di Cina gratis, bahkan hingga diajak makan siang di Istana Negara bersama Presiden Jokowi. Ajaib kan? Benar kata Om Jay, istilah “Sedikit demi Sedikit, Lama-lama Menjadi Bukit” memang terbukti.
Selain membaca dan menulis dijadikan sebagai sebuah kebutuhan bagi seorang penulis, satu hal yang dapat saya garis bawahi dari pengalaman menulis Om Jay adalah bahwa beliau tidak pernah berputus asa dalam menerbitkan buku. Pengalaman beliau membuktikan bahwa ada buku Om Jay yang akan diterbitkan di sebuah penerbit mayor yang prosesnya hingga selama tiga tahun. Oleh karena itu, lanjut Om Jay, yang namanya kolaborasi dalam proses penerbitan sebuah buku menjadi penting. Penulis tidak bisa bekerja sendiri, tetapi butuh editor yang membantu menyajikan karya penulis menjadi renyah dan enak dikonsumsi. Makanan kali yaaa... ?? Hehe…

Bogor, 1 Juni 2020


Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Rangkuman Koneksi antar Materi

  Sekolah merupakan lembaga pendidik yang berperan dalam memajukan SDM seutuhnya yang didalam terdapat kegiatan KBM yang terprogram dan terp...