Rabu, 28 Oktober 2020

Merajut Tali Semangat Hadapi Kendala PJJ di Sekolahku

 

OLEH: DANI MAKHYAR

 

Seperti di sekolah-sekolah lainnya di tanah air, karena pandemi Covid-19, sudah sekitar tujuh bulan lamanya kegiatan belajar-mengajar (KBM) di SMPN 3 Cipanas berlangsung secara daring. Masih teringat saat itu, transisi dari KBM secara tatap muka yang beralih ke KBM secara daring menyebabkan para guru, para siswa, ataupun para orang tua siswa dengan serta-merta berdaptasi dengan kebiasaan baru tersebut. Pada saat itu, baragam kendala kami hadapi, beragam solusi pula kami cari. Kendala yang paling mencolok kami hadapi adalah bahwa mayoritas siswa atau orang tua siswa tidak memiliki HP, apalagi laptop. Padahal, sangat jelas bahwa HP sangat diperlukan agar KBM secara daring dapat berlangsung. Harap maklum, namanya juga di daerah, kepemilikan HP di kalangan siswa ataupun para orang tua siswa masih menjadi barang langka di sekolah kami. Terlebih lagi mayoritas mata pencaharian orang tua siswa adalah buruh tani.

Sekalipun sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi terkait perubahan pelaksanaan KBM dari luring ke daring, sekolah tidak dengan serta-merta dapat meredakan kegelisahan para orang tua siswa kami pada saat itu. Terbayang kan respons para orang tua siswa terhadap pihak sekolah atas perubahan kebijakan tersebut kira-kira seperti apa? Di satu sisi anak-anak mereka harus belajar secara daring, tetapi di sisi lain mereka tidak memiliki HP. Untungnya pihak sekolah bekerja sama dengan para pengurus komite dengan sigap dapat memberikan solusi dengan cara membentuk kelompok-kelompok belajar. Para siswa yang tidak memiliki HP tetap dapat mengikuti pelajaran secara daring dengan cara bergabung ke dalam kelompok belajar yang salah satu anggotanya adalah siswa yang memiliki HP, tentu dengan ketentuan bahwa lokasi rumah mereka berdekatan. Adapun siswa yang memiliki HP mendapat subsidi kuota internet dari sekolah. Pembentukan kelompok-kelompok belajar tersebut masih dapat dilakukan karena pada saat itu di daerah sekitar tempat siswa tinggal masih berstatus hijau. Selain itu, untuk mendukung kagiatan siswa belajar di rumah (BDR), pihak sekolah pun membagikan modul yang sudah dipersiapkkan sebelumnya atas restu pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak. Seiring dengan perjalanan waktu, kepemilikan HP di kalangan siswa pun berangsur-angsur bertambah jumlahnya walaupun di antara mereka masih cukup banyak yang “menumpang” HP orang tuanya atau HP saudaranya masing-masing. Oleh karena itu, tidaklah heran jika foto profil dan nama pada HP yang tertera bukan foto dan nama para siswa, melainkan foto orang tua atau saudara mereka. Pertanyaan berikutnya adalah apakah kendala yang kami hadapi selesai sampai di situ? Hehe…tentu saja tidak. Tidak sedikit di antara para siswa kami yang terlambat mengirimkan tugas tidak hanya karena faktor sinyal, tetapi juga karena factor HP yang masih dibawa atau digunakan oleh orang tua atau kakak mereka. Akan tetapi, setidaknya kendala tidak adanya HP pada sebagian besar siswa sudah mulai berkurang.

Untuk sementara, masalah tidak adanya HP di kalangan siswa, kami anggap sudah selesai. Akan tetapi, ada masalah lain yang kami hadapi terkait penggunaan HP, yaitu masalah susah sinyal. Masalah yang klasik memang, tetapi cukup menggelitik. Yups, jauh sebelum Corona ada, masalah susah sinyal sudah terbiasa kami hadapi. Pada saat itu, jangan terlalu berharap kami bisa bercakap-cakap via telepon, sms saja susah masuk. Seringkali saya dan rekan-rekan guru ketinggalan informasi-informasi penting gegara pesan yang diterima sudah kadaluwarsa. Oleh karena itu, jika ada sms yang masuk “tepat waktu”, tentu saja menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kami. Itu pun tentu saja dengan cara menggantungkan HP pada paku yang saya tancapkan pada kusen ventilasi di atas pintu kamar tidur. Itu dulu. Lalu, bagaimana dengan kondisi sekarang? Ya, beda-beda tipis lah hehe. Oleh karena itu, seringkali terlontar guyonan di antara kami, “Kalau beli pulsa, sekalian sama sinyalnya ya…!”

Tak terasa waktu berlari seperti tertiup angin. Kini kondisi sinyal di sekitar tempat peserta didik kami tinggal memang tidaklah separah beberapa tahun sebelumnya. Pada titik-titik tertentu kadang-kadang kami menemukan sinyal yang cukup bagus. Tak heran jika kami mau mengirim sms, bertingkah seperti orang yang sedang mencari harta karun hehe…. Jadi, sebetulnya masalah susah sinyal tersebut hingga kini belum pulih 100%. Apalagi pada saat kondisi hujan deras dengan petir menggelegar, bisa dipastikan sinyal HP hampir semua operator akan lenyap entah ke mana. Tak heran jika pesan yang disampaikan guru di grup WhatsApp (WA) pada pagi hari, misalnya, akan direspons sebagian siswa pada siang, sore, malam, atau esok hari. Bahkan ada yang merespons hingga dua hari kemudian. Oleh karena itu, saya dan rekan-rekan guru seringkali memberikan toleransi yang cukup longgar terkait pengumpulan tugas siswa. Dengan kata lain, jika ada seorang guru memberikan tugas kepada siswa dengan batas waktu pengumpulan tugas pada hari yang sama, ibaratnya seperti panggang jauh dari api, seperti punguk merindukan bulan, sesuatu yang tidak mungkin! Pengalaman yang membuktikan demikian. Akan tetapi, kendala sinyal seperti itu tidaklah menyurutkan semangat kami. Kegiatan belajar-mengajar secara daring tetap berlangsung sekalipun dengan segala keterbatasan,

  Suatu ketika saya berinisiatif melakukan kegiatan belajar daring yang berbeda daripada biasanya. Ceritanya sih saya ingin meniru kegiatan belajar daring yang lebih keren dan lebih menarik seperti halnya guru-guru di kota. Untuk menarik minat belajar siswa, via grup WA, kagiatan belajar diawali dengan memberikan kuis menggunakan aplikasi Quizizz. Harapan saya, para siswa akan merespons kuis yang saya berikan dengan antusias. Tidak hanya sampai di situ, saya pun menyiapkan video pembelajaran. Maklum karena pemula, video tersebut saya buat dengan bersusah-payah dan memakan waktu hingga berhari-hari. Selain itu, saya pun sudah menyiapkan soal-soal latihan melalui Google Form yang akan saya berikan di akhir pembelajaran. Akan tetapi, apa yang terjadi kemudian? Beberapa siswa mengirimkan chat melalui grup WA atupun japri mengatakan bahwa link Quizizznya tidak dapat dibuka. Demikian pula halnya dengan video pembelajaran, tidak bisa dibuka juga  karena alasan susah sinyal. Sedikit beruntung, beberapa siswa dapat merespons link Google Form. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa usaha saya dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran secara daring hari itu tidaklah terlalu sia-sia. Begitulah kira-kira saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, gara-gara susah sinyal ternyata ekspektasi yang kita harapkan kadang tidak sesuai dengan kenyataan hehe….

Selain susahnya sinyal, kendala yang sering kami hadapai selama PJJ adalah tidak semua peserta didik berada pada posisi online sesuai dengan jadwal pelajaran yang sudah ditentukan. Berdasarkan informasi langsung dari peserta didik yang kebetulan bisa on tepat waktu, mereka yang tidak hadir sesuai dengan jadwal belajar secara daring karena faktor kuota yang sudah habis. Bukan sekali atau dua kali, bukan pula dialami oleh satu atau dua orang peserta didik kami. Kejadian seperti ini kami alami berulang-ulang dengan peserta didik yang hadir dan “menghilang” silih berganti. Maklum, biasanya mereka membeli kuota dengan paket yang sangat terbatas sehingga pemakaiannya pun terbatas. Akan tetapi, beberapa di antara peserta didik kami berinisiatif untuk saling menumpang HP ataupun menumpang kuota. Oleh karena itu, sebagian kendala tidak adanya kuota sedikit banyak dapat teratasi Terlebih lagi pada saat tulisan ini dibuat, kuota gratis dari pemerintah untuk layanan belajar di kalangan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan mengalir cukup lancar kami terima.

Sepintas lalu sepertinya kegiatan PJJ yang dilaksanakan di sekolahku manghadapi berbagai kendala. Akan tetapi, kendala-kendala tersebut tidak membuat aku patah arang atau berputus asa. Semuanya aku jalani, semuanya aku nikmati sehingga semuanya terasa menyenangkan. Aku berprinsip bahwa akan selalu ada hikmah dan solusi di balik semua kendala yang kami hadapi. Jadi, ada ataupun tidak ada Covid-19, yang terpenting bagiku adalah hak belajar peserta didik harus tetap tertunaikan dengan tali semangat yang terus kami rajut, yang terus kami kobarkan. Allahu akbar!

 

#PGRI

#KOGTIK

#EPSON

#KSGN

http://gurupenggerakindonesia.com.

         





PROFIL

DANI MAKHYAR, M. Pd.

 



 

Dilahirkan di Kota Bandung, pada tanggal 15 April 1975. Merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Encang Setiawan dan Titi Kartini. Penulis telah menempuh pendidikan S1 dari Universitas Padjadjaran Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia serta S2 Universitas Negeri Jakarta Prodi Pendidikan Bahasa. Penulis merupakan guru di SMPN 3 Cipanas, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Hobi penulis adalah membaca dan menulis. Prinsip hidupnya adalah bahagia dan

berkarya.

 

10 komentar:

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Rangkuman Koneksi antar Materi

  Sekolah merupakan lembaga pendidik yang berperan dalam memajukan SDM seutuhnya yang didalam terdapat kegiatan KBM yang terprogram dan terp...