Minggu, 12 Juli 2020

IZINKAN AKU KEMBALI


Oleh : Dani Makhyar

 Sepasang mata itu menatapku tajam. Aku berada pada posisi lemah saat ini. Ya, seperti seorang terdakwa yang siap dijatuhi hukuman apa pun oleh sang hakim.
Aku hanya bertanya, Mas selama ini ngapain saja? ujarnya menukik pada ulu hatiku.
Aku.... Aku.... Lidahku tiba-tiba terasa kelu, aku tak mampu menjawab pertanyaan itu.
Baiklah, maunya Mas sekarang bagaimana? tanyanya lagi.
Aku terdiam dan tertunduk. Aku tak kuasa menatap sorot matanya. Kucoba merangkai kata untuk menjawabnya, tetapi masih terasa berat.
Mas Rama... kok malah membisu? tanya wanita itu lagi.
Aku tersentak sedikit kaget. Kukumpulkan kembali kesadaranku.
Aku... ingin kembali seperti dulu, Sinta jawabku.
Entah menemukan dari mana tiba-tiba aku mampu melontarkan kata-kata seperti itu.
O, ya? Setelah kau tega melukai aku dan berpaling pada wanita itu? ujarnya dengan suara agak parau. Kulihat genangan air di kedua kelopak matanya siap berjatuhan.
Maafkan aku! Aku menyesal. Aku mohon padamu Sinta, izinkan aku kembali memperbaiki diri!
“Silakan Mas memperbaiki diri, Tapi maafkan aku Mas! Sekarang sudah malam, aku mau beristirahat, jawabnya menyisakan ambigu.
Sambil terisak, Sinta masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari dalam. Sementara itu, untuk beberapa saat lamanya aku mematung. Aku menatap foto pernikahan kami di dinding ruang makan, tampak aku dan Sinta tersenyum lepas tanda kami sangat bahagia. Akan tetapi, malam ini senyum di foto itu hanya menjadi kenangan. Ah, andai saja aku tidak teralihkan pada perempuan lain, mungkin aku menjalani hari-hari bahagia bersama Sinta. Aku merasa bodoh. Aku menyesal. Aku.... Aku terpaksa malam ini tidur di atas sofa di ruang tamu.
***
Tanggal 25 bulan depan Mas ada undangan reuni SMA. Rencananya Mas mau datang ke acara tersebut. Lumayan bisa melepas kangen bersama teman-teman setelah sekian tahun ga pernah ketemu, ucapku suatu pagi.
Aku sih silakan saja Mas, timpal istriku sambil menyerahkan sepotong roti oles mentega bertabur cokelat kesukaanku.
Terima kasih sayang, jawabku sambil kukecup punggung tangan istriku.
Tapi hati-hati loh Mas, kata orang-orang kadang reuni tuh suka berujung CLBK,
Engga lah, cuma kamu seorang di hati aku, selorohku.
Pagi-pagi sudah menggombal. Udah ah, sebaiknya Mas segera berangkat. Tuh sudah pukul tujuh pas. Entar kesiangan lho, kata istriku mengalihkan pembicaraan.
Hmmm... ia yang memulai, ia sendiri yang ingin menyudahi.
Oke boss..., jawabku lucu-lucuan. Istriku hanya tersenyum manis. Manis sekali.
***
Setibanya di kantor tempat kerjaku, kusempatkan membuka pesan WhatsApp di HP-ku. Beberapa pesan di grup kubuka dan kuabaikan. Hanya beberapa pesan pribadi yang aku balas. Namun, ada satu di antara pesan pribadi tersebut yang nama pengirimnya tidak kukenal.
Hai Rama, masih ingat aku ga? Reunian nanti kamu bs dtg kan? Aku kangen bgt lho pengen ketemu kamu....
Aku tak membalasnya. Biar sajalah, nanti juga kalau dia merasa butuh pasti menghubungiku lagi, begitu pikirku. Lagipula identitasnya belum jelas pesan itu dari siapa. Tanpa foto profil dan anonim. Jadi, tidak ada salahnya kan jika aku mengabaikannya? Lebih baik aku fokus menyelesaikan pekerjaan di kantorku.
Tak terasa aku larut dengan kesibukankku sampai sore menjelang. Hingga... tok-tok-tok.... Tiba-tiba pintu ruanganku ada yang mengetuk.
Silakan masuk! kataku agak dikeraskan.
Hai Rama, masih ingat aku ga? tanyanya manja. Kata-katanya sama persis dengan pesan di WA yang tadi pagi kubaca. Lalu wanita itu langsung duduk sebelum kupersilakan. Aku menelan ludah. Shock dengan kehadiran teman lamaku waktu di SMA dulu. Ya, Ranti. Sosok wanita cantik yang pernah singgah mengisi hatiku. Tapi itu dulu, dan kini? Entahlah.
Kok malah bengong Ram? katanya membuyarkan kenangan lamaku bersama Ranti.
Eh iya, iya.... Gimana kabarmu Ran? tanyaku sedikit gugup.
Pesanku kok ga dibales sih Ram? Jadinya aku langsung ke sini deh. Kamu sibuk ya?
Oh iya tadi pesanmu sempat kubaca tapi belum sempat kubalas. Maaf ya, kataku membela diri.
Ga papa Ram, yang penting sekarang kita bisa bertemu. Iya kan? jawab wanita itu dengan nada menggoda tanpa malu.
Aku semakin risih. Ah, mungkin dia telat minum obat, pikirku iseng. Aku jadi semakin khawatir dengan kehadiran Ranti di hadapanku. Hmm... kalau memang tujuannya baik, ngapain juga dia tiba-tiba datang menemuiku? Jangan-jangan dia datang hanya untuk mengusik kebahagiaan kami? Ah, tapi... aku jadi teringat kata-kata para ustaz bahwa kita harus mendahulukan prasangka baik kepada orang lain, apa pun yang dilakukan orang tersebut kepada kita.
Oya, kayaknya aku ga bisa lama-lama di sini nih. Sebentar lagi waktunya jam pulang, kataku berusaha menghindar.
Oh, kebetulan dong. Aku bisa sekalian numpang mobil kamu. Kita searah kan Ram? ujarnya malah semakin gencar.
Aku tidak bisa mengelak. Akhirnya, aku pulang dari kantor didampingi seorang wanita yang kehadirannya sama sekali tak kuharapkan. Ya, walaupun Ranti itu pernah dekat denganku, kini kondisinya sudah berbeda. Aku sudah terikat tali pernikahan yang suci dengan Sinta, istriku. Sementara Ranti banyak bercerita tentang seputar acara reuni nanti dan masa-masa di SMA dulu, pikiranku hanya ingat senyum manis Sinta di rumah. Ya, Allah... mimpi apa ya aku tadi malam? Aku beristigfar berkali-kali.
***
Selepas mandi, aku menghampiri Sinta. Yang kuhampiri nyaris tanpa senyum, tanpa kata. Ia diam seribu bahasa. Lalu ia terisak pilu di hadapanku. Aku bingung harus berbuat apa. Beberapa manit kemudian Sinta menyerahkan HP-nya kepadaku dan memperlihatkan pesan dari seseorang. Kubaca pesan yang isinya lumayan panjang tersebut. Ternyata pesan dari Ranti!
Jadi, ternyata selama ini Mas Rama suka jalan sama wanita itu ya? tanya Sinta sambil berurai air mata.
Tak kusangka, Ranti berbuat nekat. Rupa-rupanya foto-foto saat ia menumpang pulang di mobilku dijadikan alat untuk membakar api cemburu Sinta.
Aku memang sempat bersama dengan wanita itu, tapi...,
Belum sempat kujelaskan semuanya, Sinta memotong ucapanku karena cemburu.
Sudahlah Mas! Aku sudah tahu semuanya. Pantas saja kau bersemangat sekali untuk hadir di acara reuni itu. Rupanya ada wanita lain di hatimu.
Setengah berlari Sinta masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Kuketuk pintu kamar dan kupanggil Sinta beberapa kali. Akan tetapi, pintu tetap tidak dibuka dan Sinta tidak merespons sedikit pun panggilanku. Ah, mungkin bukan sekarang waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Samar-samar kudengar Sinta masih menangis tersedu-sedu.
***
Kuputuskan pagi ini harus kujelaskan semuanya kepada Sinta bahwa tidak seluruhnya benar apa yang disampaikan Ranti dalam pesan WA-nya itu. Kesalahan terbesarku adalah tidak berani bertindak tegas dalam menolak permintaan orang lain kepadaku, terlebih jika yang meminta tolong itu seorang wanita.
Aku minta maaf padamu, Sinta! Kuakui aku salah.
Sinta terdiam beberapa saat.
Tolong izinkan aku kembali, Sinta! Izinkan aku kembali menjadi suami yang baik bagimu! Izinkan aku kembali memperbaiki sikapku! Dan izinkan aku kembali menata hatiku agar senantiasa selalu setia menjaga hatimu!
Sinta masih tetap terdiam. Tiba-tiba ia menghampiriku dan memelukku sangat erat. Ya, pelukan Sinta lebih dari sekadar bahwa ia telah memaafkan kesalahan-kesalahanku.

Bogor,
Saat gerimis mulai turun satu-satu

6 komentar:

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Rangkuman Koneksi antar Materi

  Sekolah merupakan lembaga pendidik yang berperan dalam memajukan SDM seutuhnya yang didalam terdapat kegiatan KBM yang terprogram dan terp...