Selasa, 16 Juni 2020

Better Late than Never



Oleh: Dani Makhyar, M. Pd.

Sepuluh hari sudah berlalu. Namun, resume Pembelajaran “Menulis Online Bersama Om Jay” pertemuan ketiga yang diselenggarakan pada 5 Juni lalu bersama Ibu Kanjeng belum juga tuntas. Kebelumtuntasan saya menuliskan resume tentunya dengan berbagai alasan, salah satunya adalah faktor kesibukan. Klasik memang karena sesungguhnya setiap orang pasti punya kesibukan. Hmmm… kalau begitu, dengan sendirinya alasan kesibukan jadi terbantahkan, bukan? Hehe…exactly! Tinggal bagaimana pintar-pintarnya kita menyiasatinya saja. Dengan kata lain, faktor utama yang bisa mengentaskan segala excuse seperti itu dikembalikan kepada diri kita sendiri. Ya, makhluk itu bernama motivasi.
Seperti pada malam itu, dengan besusah-payah saya pun menghadirkan motivasi yang kuat. Saya sudah standby di depan HP untuk menyimak materi yang akan disampaikan. Mengagumkan. Itulah satu kata yang saya sematkan untuk pemateri yang luar biasa malam itu, yaitu Ibu Sri Sugiastuti atau yang dikenal dengan sebutan Ibu Kanjeng. Penyampaian materi oleh beliau tentang “Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku” diawali dengan penjelasan panjang lebar melalui voice note, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab secara tertulis di grup WA. Maka, beruntunlah puluhan pertanyaan dari peserta ditujukan kepada beliau. Pertanyaan demi pertanyaan mengalir terus seakan tiada henti. Namun, semua pertanyaan yang nyaris membuat kewalahan Bu Fatimah yang kala itu  menjadi moderator, dibabat habis oleh Bu Kanjeng dengan jawaban yang mudah dipahami.
Menurut wanita hebat kelahiran 8 April 1961 ini, beliau sebetulnya merasa terlambat belajar menulis. Karier menulisnya dimulai ketika usianya menjelang setengah abad. Usia yang bisa dikatakan tidak muda lagi. Akan tetapi, semangatnya yang luar biasa mengantarkannya menjadi seorang penulis yang sangat produktif.
Menurut Ibu Kanjeng, tahun 2010 dianggap sebagai tahun keberuntungannya. Pada tahun tersebut, dua buku karyanya yang berjudul SPM Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK dan buku antologi Diary Ketika Buah Hati Sakit diterbitkan Penerbit Erlangga. Selain itu, dalam rangka hari Kartini, diterbitkan pula buku keroyokan kompasianer tahun 2014 yang berjudul 25 Kompasianers Merawat Indonesia. Pada tahun yang sama, sebuah  penerbit indie, Peniti Media, menerbitkan karyanya berjudul Indonesia Satu serta beberapa buku antologi seperti Muara Kasih Ibu,  Go to 2020, dan Move on. 
Tak hanya sampai di situ, pada tahun 2013, tiga buah bukunya berhasil diterbitkan. Sebuah buku parenting berjudul Seni Mendidik Anak Sesuai Tuntunan Islami diterbitkan Penerbit Mitra Widyawacana, Jakarta. Lalu, sebuah novel hidayah berjudul Kugelar Sajadah Cinta diterbitkan penerbit indie Bentang Pustaka, Sidoarjo dan novel Deburan Ombak Waktu diterbitkan penerbit indie Goresan Pena, Cirebon.
Dua tahun kemudian, buku PM Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK edisi baru diterbitkan kembali oleh Penerbit Erlangga. Pada tahun berikutnya buku The Stories Cakes For Beloved Moms diterbitkan oleh penerbit indie Oksana. Bahkan, pada tahun 2017 karya-karya beliau membanjir laksana air bah, seperti buku The Stories of Wonder Women yang diterbitkan Penerbit Media Guru. Wow English is So Easy Kids, novel Tipuan Asmara, novel Perempuan Terbungkas, buku motivasi Catatan Religi Bu Kanjeng, dan tiga buku parenting yaitu Merawat Harapan, The Power of Mother’s Prayer, serta Masuk Surga Karena Anak. Luar biasa bukan?
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Ibu Kanjeng berproses menjadi seorang penulis itu pada saat usia hampir mendekati usia lima puluh tahun. Akan tetapi, dengan berbekal pedoman better late than never, beliau terus berusaha dan belajar hingga akhirnya beliau katagihan untuk bisa menulis buku dan terus meng-upgrade diri agar bisa “naik kelas”.
Pada tahun 2007, pada saat beliau jeda setelah 25 tahun, akhirnya beliau baru bisa mengambil kuliah S2. Pada saat itulah beliau harus berkenalan dengan internet, harus berkenalan dengan medsos, harus banyak ke perpustakaan ataupun ke toko buku. Sampai pada akhirnya beliau menemukan sebuah buku karangan R. Sis yang biasa dipanggil Kang Iwa. Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa menulis itu gampang. Dari buku itulah beliau termotivasi dan meyakini bahwa dirinya harus bisa menulis.
Setelah itu, pada tahun 2009, ketika mengikuti rapat di MGMP Bahasa Inggris, beliau diajak seorang temannya untuk menulis buku ajar. Kebetulan saat itu yang membutuhkan para penulis buku adalah Penerbit Erlangga. Karena diajak teman, dengan PD-nya beliau mengatakan kesiapannya. Akhirnya mereka pun menyusun buku Seri Pendalaman Materi Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK. Proses membuat buku ajar itu cukup lama, kurang lebih selama enam bulan. Setelah direvisi, akhirnya pada bulan Oktober 2010 buku itu terbit. Walaupun disusun oleh dua orang penulis, penyusunan buku tersebut melibatkan satu orang dari pihak Erlangga sebagai penasihat atau providernya, yakni Bu Eli Sofa. Jadi, satu buku terdiri atas tiga orang tim penyusun.
Dari buku itulah beliau mulai merasakan suatu keuntungan dalam bentuk kepuasan karena buku itu tingkat nasional dan dipakai untuk siswa SMK khususnya kelas XII. Selain itu, beliau pun menikmati royalti yang setiap semester pasti mengalir ke dalam buku rekeningnya. Wow, asyik bukan?
Buku itu dapat dikatakan laris manis karena pada tahun 2015 ada edisi revisinya. Bahkan, penulisnya ditambah lagi satu orang. Kebetulan buku karya beliau tersebut termasuk buku yang harus dibeli oleh siswa, masuk dalam bidang pengadaan. Jadi, buku tersebut digunakan hampir di seluruh Indonesia. Karena sekupnya tingkat nasional, omset penjualannya pun laris manis sehingga hal itu mengimbas juga kepada penulisnya. Nah, di saat itulah beliau dibuat tercengang sekaligus bersyukur karena pundi-pundi yang masuk ke nomor rekeningnya sangat besar, hampir lebih dari uang sertifikasi. Beliau pun memanfaatkan uang tersebut untuk belajar dan belajar lagi.
Itulah pengalaman beliau ketika menerbitkan buku di penerbit mayor. Penerbitnya memang cukup representatif, yaitu Penerbit Erlangga. Untuk bisa menembus ke sana, tentu bukanlah hal yang mudah. Beliau menganggap hal tersebut bukan sebagai faktor kebetulan, melainkan sebagai cara Allah menemukan takdir dari tulisan-tulisan yang sudah ditorehkan beliau.
Nah, paparan beliau selanjutnya adalah seputar pengalaman beliau menggunakan nama pena Astutiana Mujono. Nama itu terinspirasi saat beliau mengisi blog yang lumayan keren yaitu Kompasiana, atau seperti Indosiana yang menggunakan “ana” pada akhir suku katanya sehingga nama Astuti pun diubah menjadi Astutiana. Namanya juga penulis pemula, di situ beliau menulis apa yang ada di hati dan dipikiran sampai setebal 418 halaman. Buku itu berkisah dimulai dari kisah ibunya saat remaja bertemu ayah dulu, hingga kisah Ibu Kanjeng sampai mentok berusia 50 tahun.
Setelah itu, beliau sering ikut menulis berbagai buku antologi, baik yang diajak oleh teman-temannya yang cinta literasi, ada yang dari kompasiana, ada yang dari emak-emak bloger, maupun dari komunitas-komunitas lain dengan berbagai tema. Jadi, kalau dihitung-hitung, ada sekitar 25 buku antologi. Jumlah yang sangat fantastis!
Menurut Ibu Kanjeng, dengan kita ikut menulis di buku antologi itu, kita belajar berbagai macam jenis  tulisan dari teman-teman kita. Kita juga akhirnya memiki ciri kepenulisan sendiri. Dalam proses belajar menulis sekaligus menerbitkannya sendiri, itu memang gurih-gurih sedap. Beliau bisa bertemu Om Jay pada tahun 2013. Waktu itu beliau sudah menerbitkan tiga buah buku, yaitu sebuah buku ajar, sebuah buku parenting, dan sebuah novel Kugelar Sajadah Cinta.
Dalam novel tersebut dikisahkan mulai ibunya remaja hingga Ibu Kanjeng berusia 50 tahun,  selasai kuliah S2, termasuk juga kisah pada tahun 2006 yang mendapat kemudahan untuk melaksanakan ibadah haji, Jadi, kiah-kisah tersebut sudah dirangkum menjadi biografi mini beliau. Buku tersebut dijadikan buku pedoman atau pusat ide beliau. Jadi, kalau beliau ingin menulis tentang apa pun, idenya dari situ kemudian bisa beliau kembangkan.
Buku berikutnya adalah buku parenting Seni Mendidik Anak secara Islami. Buku tersebut diterbitkan penerbit semimayor. Artinya, ketika buku itu diterbitkan, beliau tidak mengeluarkan uang. Namun, beliau diberi 100 buku untuk dijual dengan diskon 40%. Alhamdulillah ke-100 buku itu dapat dijual semua. Lalu, pada tahun 2017, ketika ditanyakan kepada penerbitnya perihal bukunya itu, alhamdulillah, beliau masih mendapat sedikit royalti dari penjualan buku tersebut.
Selanjutnya proses beliau  menulis buku/belajar. Beliau termasuk orang yang sangat getol atau suka silaturahmi dan ikut belajar, jadi rasa ingin tahunya sangat besar. Waktu orang ramai-ramai ribut ngeblog dapat uang, punya web dapat uang, beliau pun ikut belajar. Sampai-sampai beliau memanggil mentor untuk mengajari beliau dengan biaya yang cukup mahal, tidak seperti saat ini yang semua digelar secara gratis, dan itu juga hasilnya hanya pengalaman saja karena  tidak bisa maskimal.
Dengan adanya berbagai macam dunia kepenulisan, beliau semakin lama semakin tertarik. Seperti Media Guru beberapa kali mengadakan pelatihan dan beliau dengan gembiranya mengikti kegiatan itu. Kemudian kegiatan-kegiatan lain, baik diklat yang diadakan daring maupun luring, beliau pasti ikut. Selain beliau gunakan sebagai ajang silaturahmi, di situ beliau semakin banyak mengenal berbagai teman yang berprofesi sama sebagai penulis. Pepatah mengatakan kalau ingin jadi penulis, harus bergaul dengan penulis. Kalau mau harum wanginya, dekat-dekatlah dengan penjual parfum. Kalau berteman dengan pandai besi, aromnya adalah aroma besi. Maka, seiring dengan berjalannya waktu, beliau pun akhirnya naik kelas, sering diajak untuk mengisi, untuk berbagi, kadang juga mengisi acara bedah buku.
Ada salah sastu buku beliau walaupun dicetak indie tetapi lebih dari 1.00 ekslempar. Judul buku tersebut adalah The Stories of Wonder Woman. Buku tersebut lebih kepada kisah motivasi bagaimana perempuan tangguh berusaha untuk menggapai ridho Alloh. Buku itu ditulis cukup lama, kurang lebih sekitar delapan bulan. Karena diambil dari true story, jadi bentuknya lebih ke faksi, yaitu fakta tetapi fiksi. Nama tokoh dalam buku tersebut sudah diganti dengan nama samaran. Adapun tujuan beliau menuliskan kisah tentang kehidupan perempuan tangguh itu paling tidak bisa memotivasi perempuan-perempuan lain bagaimana agar tetap bersemangat, tidak putus asa, selalu bersabar, bersyukur, dan ikhlas ketika menghadapi cobaan.
Sebelum pertemuan ketiga perkuliahan online ini diakhiri, Bu Kanjeng menyampaikan beberapa pesan penting antara lain sebagai berikut. Menulis itu keterampilan, bukan bakat. Jadi, berlatihlah dan tulislah berbagai ide yang terserak di sekitar  kita. Jadikan menulis dan membaca sebagai gaya hidup. Tentu saja membaca yang selektif dengan kacamata yang utuh. Istikamahlah dalam menulis dan biarkan tulisan itu menemui takdirnya. Jangan risaukan, tetaplah menulis dan belajar meng-upgrade diri agar naik kelas. Menulislah apa yang disukai dan dikuasai….
Wow, paparan luar biasa dan sangat mengagumkan, bukan? Tak terasa hari terus berlalu. Hingga pada akhirnya aku pun baru bisa mengirimkan resume ini via email beliau tepat pukul 00.01 WIB. Telat dua menit dari dead line batas pengiriman resume yang sudah disepakati. Hmm…telat ya? Yups, better late than never hehe….



23 komentar:

  1. Yes better late thsn never your resume is very amazing

    BalasHapus
  2. Mengalir ky air
    Mantul pak... enak bacanya

    BalasHapus
  3. Trm kasih Bu Lilis...wah saya dpt istilah baru nih...kerman hehe

    BalasHapus
  4. berasa kepada diri sendiri, mantap Pak Dani

    BalasHapus
  5. Mantul master.. Sudah tidak diragukan lagi kepiawaian mengolah kalimat menjadi renyah untuk dibaca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dpt ilmu dr Om Jay jg Buam. Katanya kalo menulis tuh jgn asal jadi, tp hrs dengan hati...hehe

      Hapus
  6. Kalau ingin jad penulis harus bergaul dengan penulis, iya benar, mantap resumenya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sy hanya mengutip apa yg disampaikan Ibu Kanjeng bu...

      Hapus
  7. Trm kasih Bu Kartini...msh byk kekurangan di sana-sini bu

    BalasHapus
  8. Yap better late than never
    Mantuuul pak resume nya. Tetap semangat tetap menulis 💪

    BalasHapus
  9. Mantap bngt nih resumenya, diam2 pak Dani ngeduluin ibu gabung di grupnya Omjay hihihi...

    BalasHapus

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Rangkuman Koneksi antar Materi

  Sekolah merupakan lembaga pendidik yang berperan dalam memajukan SDM seutuhnya yang didalam terdapat kegiatan KBM yang terprogram dan terp...