OLEH: DANI MAKHYAR
Seperti
di sekolah-sekolah lainnya di tanah air, karena pandemi Covid-19, sudah sekitar
tujuh bulan lamanya kegiatan belajar-mengajar (KBM) di SMPN 3 Cipanas berlangsung
secara daring. Masih teringat saat itu, transisi dari KBM secara tatap muka yang
beralih ke KBM secara daring menyebabkan para guru, para siswa, ataupun para
orang tua siswa dengan serta-merta berdaptasi dengan kebiasaan baru tersebut. Pada
saat itu, baragam kendala kami hadapi, beragam solusi pula kami cari. Kendala
yang paling mencolok kami hadapi adalah bahwa mayoritas siswa atau orang tua
siswa tidak memiliki HP, apalagi laptop. Padahal, sangat jelas bahwa HP sangat
diperlukan agar KBM secara daring dapat berlangsung. Harap maklum, namanya juga
di daerah, kepemilikan HP di kalangan siswa ataupun para orang tua siswa masih
menjadi barang langka di sekolah kami. Terlebih lagi mayoritas mata pencaharian
orang tua siswa adalah buruh tani.
Sekalipun
sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi terkait perubahan pelaksanaan KBM dari
luring ke daring, sekolah tidak dengan serta-merta dapat meredakan kegelisahan
para orang tua siswa kami pada saat itu. Terbayang kan respons para orang
tua siswa terhadap pihak sekolah atas perubahan kebijakan tersebut kira-kira
seperti apa? Di satu sisi anak-anak mereka harus belajar secara daring, tetapi
di sisi lain mereka tidak memiliki HP. Untungnya pihak sekolah bekerja sama
dengan para pengurus komite dengan sigap dapat memberikan solusi dengan cara membentuk
kelompok-kelompok belajar. Para siswa yang tidak memiliki HP tetap dapat mengikuti
pelajaran secara daring dengan cara bergabung ke dalam kelompok belajar yang salah
satu anggotanya adalah siswa yang memiliki HP, tentu dengan ketentuan bahwa lokasi
rumah mereka berdekatan. Adapun siswa yang memiliki HP mendapat subsidi kuota
internet dari sekolah. Pembentukan kelompok-kelompok belajar tersebut masih
dapat dilakukan karena pada saat itu di daerah sekitar tempat siswa tinggal
masih berstatus hijau. Selain itu, untuk mendukung kagiatan siswa belajar di
rumah (BDR), pihak sekolah pun membagikan modul yang sudah dipersiapkkan sebelumnya
atas restu pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak. Seiring dengan
perjalanan waktu, kepemilikan HP di kalangan siswa pun berangsur-angsur
bertambah jumlahnya walaupun di antara mereka masih cukup banyak yang “menumpang”
HP orang tuanya atau HP saudaranya masing-masing. Oleh karena itu, tidaklah
heran jika foto profil dan nama pada HP yang tertera bukan foto dan nama para
siswa, melainkan foto orang tua atau saudara mereka. Pertanyaan berikutnya adalah
apakah kendala yang kami hadapi selesai sampai di situ? Hehe…tentu saja tidak. Tidak
sedikit di antara para siswa kami yang terlambat mengirimkan tugas tidak hanya
karena faktor sinyal, tetapi juga karena factor HP yang masih dibawa atau
digunakan oleh orang tua atau kakak mereka. Akan tetapi, setidaknya kendala tidak
adanya HP pada sebagian besar siswa sudah mulai berkurang.
Untuk
sementara, masalah tidak adanya HP di kalangan siswa, kami anggap sudah
selesai. Akan tetapi, ada masalah lain yang kami hadapi terkait penggunaan HP,
yaitu masalah susah sinyal. Masalah yang klasik memang, tetapi cukup
menggelitik. Yups, jauh sebelum Corona ada, masalah susah sinyal sudah
terbiasa kami hadapi. Pada saat itu, jangan terlalu berharap kami bisa bercakap-cakap
via telepon, sms saja susah masuk. Seringkali saya dan rekan-rekan guru
ketinggalan informasi-informasi penting gegara pesan yang diterima sudah kadaluwarsa.
Oleh karena itu, jika ada sms yang masuk “tepat waktu”, tentu saja menjadi
kebahagiaan tersendiri bagi kami. Itu pun tentu saja dengan cara menggantungkan
HP pada paku yang saya tancapkan pada kusen ventilasi di atas pintu kamar tidur.
Itu dulu. Lalu, bagaimana dengan kondisi sekarang? Ya, beda-beda tipis lah hehe.
Oleh karena itu, seringkali terlontar guyonan di antara kami, “Kalau beli
pulsa, sekalian sama sinyalnya ya…!”
Tak
terasa waktu berlari seperti tertiup angin. Kini kondisi sinyal di sekitar tempat
peserta didik kami tinggal memang tidaklah separah beberapa tahun sebelumnya.
Pada titik-titik tertentu kadang-kadang kami menemukan sinyal yang cukup bagus.
Tak heran jika kami mau mengirim sms, bertingkah seperti orang yang sedang
mencari harta karun hehe…. Jadi, sebetulnya masalah susah sinyal tersebut hingga
kini belum pulih 100%. Apalagi pada saat kondisi hujan deras dengan petir
menggelegar, bisa dipastikan sinyal HP hampir semua operator akan lenyap entah
ke mana. Tak heran jika pesan yang disampaikan guru di grup WhatsApp (WA) pada pagi
hari, misalnya, akan direspons sebagian siswa pada siang, sore, malam, atau
esok hari. Bahkan ada yang merespons hingga dua hari kemudian. Oleh karena itu,
saya dan rekan-rekan guru seringkali memberikan toleransi yang cukup longgar
terkait pengumpulan tugas siswa. Dengan kata lain, jika ada seorang guru
memberikan tugas kepada siswa dengan batas waktu pengumpulan tugas pada hari
yang sama, ibaratnya seperti panggang jauh dari api, seperti punguk merindukan
bulan, sesuatu yang tidak mungkin! Pengalaman yang membuktikan demikian. Akan
tetapi, kendala sinyal seperti itu tidaklah menyurutkan semangat kami. Kegiatan
belajar-mengajar secara daring tetap berlangsung sekalipun dengan segala
keterbatasan,
Suatu ketika
saya berinisiatif melakukan kegiatan belajar daring yang berbeda daripada
biasanya. Ceritanya sih saya ingin meniru kegiatan belajar daring yang lebih
keren dan lebih menarik seperti halnya guru-guru di kota. Untuk menarik minat
belajar siswa, via grup WA, kagiatan belajar diawali dengan memberikan kuis menggunakan
aplikasi Quizizz. Harapan saya, para siswa akan merespons kuis yang saya
berikan dengan antusias. Tidak hanya sampai di situ, saya pun menyiapkan video
pembelajaran. Maklum karena pemula, video tersebut saya buat dengan bersusah-payah
dan memakan waktu hingga berhari-hari. Selain itu, saya pun sudah menyiapkan soal-soal
latihan melalui Google Form yang akan saya berikan di akhir pembelajaran. Akan
tetapi, apa yang terjadi kemudian? Beberapa siswa mengirimkan chat melalui
grup WA atupun japri mengatakan bahwa link Quizizznya tidak dapat dibuka.
Demikian pula halnya dengan video pembelajaran, tidak bisa dibuka juga karena alasan susah sinyal. Sedikit beruntung,
beberapa siswa dapat merespons link Google Form. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa usaha saya dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran secara
daring hari itu tidaklah terlalu sia-sia. Begitulah kira-kira saudara-saudaraku
sebangsa dan setanah air, gara-gara susah sinyal ternyata ekspektasi yang kita
harapkan kadang tidak sesuai dengan kenyataan hehe….
Selain
susahnya sinyal, kendala yang sering kami hadapai selama PJJ adalah tidak semua
peserta didik berada pada posisi online sesuai dengan jadwal pelajaran
yang sudah ditentukan. Berdasarkan informasi langsung dari peserta didik yang
kebetulan bisa on tepat waktu, mereka yang tidak hadir sesuai dengan
jadwal belajar secara daring karena faktor kuota yang sudah habis. Bukan sekali
atau dua kali, bukan pula dialami oleh satu atau dua orang peserta didik kami. Kejadian
seperti ini kami alami berulang-ulang dengan peserta didik yang hadir dan “menghilang”
silih berganti. Maklum, biasanya mereka membeli kuota dengan paket yang sangat
terbatas sehingga pemakaiannya pun terbatas. Akan tetapi, beberapa di antara
peserta didik kami berinisiatif untuk saling menumpang HP ataupun menumpang
kuota. Oleh karena itu, sebagian kendala tidak adanya kuota sedikit banyak dapat
teratasi Terlebih lagi pada saat tulisan ini dibuat, kuota gratis dari
pemerintah untuk layanan belajar di kalangan peserta didik, pendidik, dan
tenaga kependidikan mengalir cukup lancar kami terima.
Sepintas
lalu sepertinya kegiatan PJJ yang dilaksanakan di sekolahku manghadapi berbagai
kendala. Akan tetapi, kendala-kendala tersebut tidak membuat aku patah arang
atau berputus asa. Semuanya aku jalani, semuanya aku nikmati sehingga semuanya
terasa menyenangkan. Aku berprinsip bahwa akan selalu ada hikmah dan solusi di
balik semua kendala yang kami hadapi. Jadi, ada ataupun tidak ada Covid-19, yang
terpenting bagiku adalah hak belajar peserta didik harus tetap tertunaikan
dengan tali semangat yang terus kami rajut, yang terus kami kobarkan. Allahu akbar!
#PGRI
#KOGTIK
#EPSON
#KSGN
http://gurupenggerakindonesia.com.
PROFIL
DANI MAKHYAR, M. Pd.
Dilahirkan di Kota Bandung, pada tanggal 15 April
1975. Merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Encang
Setiawan dan Titi Kartini. Penulis telah menempuh pendidikan S1 dari Universitas
Padjadjaran Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia serta S2 Universitas Negeri
Jakarta Prodi Pendidikan Bahasa. Penulis merupakan guru di SMPN 3 Cipanas,
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Hobi penulis adalah membaca dan menulis. Prinsip
hidupnya adalah bahagia dan
berkarya.
Mantap master.. Juara ini mah
BalasHapuswalopun mimpi di siang bolong...aamiin...makasih ya bu am
BalasHapusMantaaap pak Dan, sudah terangkum semua kendala dan solusi PJJ di sekokah kita..
BalasHapusSemoga sukses yah
terima kasih banyak Bu Tin....aamiin...
HapusKeren bgt bp yg satu ini, good job pa, sukses..
BalasHapusAamiin...htr nuhun bu titin..
HapusKeren bgt bp yg satu ini, good job pa, sukses..
BalasHapusKeren pisan ini, liar biasa.
BalasHapusHayu ngopi kang mul..😃
BalasHapusInsfiratif banget Master
BalasHapus