Minggu, 07 Juni 2020
Oleh: Dani Makhyar, M. Pd.
Materi “Belajar Menulis Online
Bersama Om Jay Gelombang ke-12” kali ini adalah tentang “Mengubah PTK Menjadi
Buku” Materi tersebut dipaparkan oleh pemateri andal dari Bandung yang
berprestasi di tingkat nasional, Bu Hati Nurahayu, S. Pd., pada Rabu, 3 Juni lalu
melalui WhatsApp Group.
Menurut Bu Hati, bagi seorang guru, membuat
PTK menjadi sebuah kewajiban. Bahkan, bagi seorang guru PNS, PTK bisa digunakan
untuk mengajukan kenaikan pangkat. Selain itu, ternyata setelah membuat PTK,
seorang guru bisa mendapatkan PAK dalam versi lain, yaitu melalui PTK yang
dijurnalkan dan atau PTK yang dibukukan.
Dengan kata lain, dari satu PTK yang dibuat, akan diperoleh multimanfaat
bagi guru yang membuatnya, yaitu nilai PAK dari PTK itu sendiri, nilai PAK dari
PTK yang dijurnalkan, dan nilai PAK dari PTK yang dibukukan. Tak hanya sampai
di situ, PTK yang dibukukan dapat dijadikan sebagai sebagai bahan literasi
bacaan bagi pendidik lain yang sedang menyusun PTK.
Berdasarkan pengalaman Bu Hati dalam
menerbitkan PTK menjadi sebuah buku, ditemukan banyak versi dan ciri khas PTK.
Dari sekian banyak naskah PTK yang diterima, Bu Hati tidak serta-merta
menerbitkannya menjadi buku, tetapi mengubahnya terlebih dahulu agar menjadi
buku yang oke dan menarik. Dalam mengubah PTK menjadi buku, yang manjadi hal
terpenting adalah bagaimana seorang penulis memperbanyak isi materi variabel bebas
berdasarkan kata kunci judul PTK. Dengan kata lain, bagaimana seorang penulis dapat
memperluas isi bacaannya berdasarkan sumber-sumber yang relevan.
Selanjutnya, Bu Hati menuturkan
bahwa dalam satu buku masih diperbolehkan terdapat dua PTK yang ditulis oleh
dua orang yang berbeda, Akan tetapi, tentu para penulisnya akan mendapatkan
angka kredit yang berbeda dengan buku yang berasal dari seorang penulis saja. Agar
dapat disebut kategori aman untuk pengajuan angka kredit, buku yang berasal
dari sebuah PTK minimal terdapat 70 halaman.
Tips lain yang dijelaskan Bu Hati
terkait cara mengubah PTK menjadi sebuah buku adalah banyak membaca buku best
seller. Dengan banyak membaca buku best seller, diharapkan penulis
bisa banyak belajar menyajikan materi menjadi sebuah buku, melihat tata letak
sebuah buku agar lebih menarik dibaca dengan segala variasinya. (Wah, rupa-rupanya
Bu Hati mengarahkan kita sebagai penulis merangkap jadi seorang editor juga ya
Bu? Hehe….)
Hal terpenting lainnya menurut Bu Hati
adalah berbagai upaya yang kita lakukan agar isi buku PTK yang diterbitkan nantinya
dapat dipahami pembaca secara lengkap dan mengena. Terkait hal ini, penulis diberi
kebebasan karena pada dasarnya setiap penulis memiliki ide dan kreativitas
masing-masing. Tentu saja perbedaan antara satu penulis dengan penulis lainnya disebabkan
oleh pengalaman dan bacaan yang berbeda pula.
Nah, sekiranya hari ini kita ingin mengubah
PTK menjadi sebuah buku, why not? Let’s do it!
Sabtu, 06 Juni 2020
Ngutang Resume
Oleh: Dani Makhyar, M. Pd.
Tugas kedua membuat resume “Belajar Menulis
Online Bersama Om Jay Gelombang ke-12” kali ini menorehkan suka-duka juga
luka yang cukup mendalam. Lho, kok bisa? Betapa tidak, setelah menyimak paparan
materi tentang “Mengubah PTK Menjadi Buku” yang disampaikan oleh pemateri andal
dari Bandung, Bu Hati Nurahayu, S. Pd., pada Rabu, 3 Juni lalu hingga pukul 23
WIB lebih sedikit, besoknya pagi-pagi sekali aku harus sudah membelah kabut,
meluncur ke tempat aku bertugas untuk menghadiri rapat dinas kelulusan siswa
kelas IX. Enam jam perjalanan pulang-pergi
menaiki sepeda motor plus enam jam menghadiri rapat dinas tersebut menyisakan lelah
dan rasa nyut-nyut-nyut di hampir sekujur tubuh hingga saat aku menuliskan
coretan kecil ini. Aku terkapar kelelahan setelah kusempatkan bersih-bersih
tubuh, mengisi perut sekadarnya, dan melaksanakan salat.
Dua hari kemudian, tepatnya pada Jumat
pagi, aku sudah duduk manis di depan laptop. Tekadku sudah menggebu untuk segera
melunasi “utang” resume pertemuan kedua. Namun, tiba-tiba sebuah notifikasi di
HP mengalihkan perhatianku. Sederet pesan WA dari wakasek kurikulum
menginformasikan bahwa ada salah satu siswaku yang nilainya tidak lengkap.
Ketidaklengkapan tersebut dapat menyebabkan status kelulusan siswa jadi
tertunda. Seketika saja aku kalang kabut dibuatnya. Niat muliaku menyelasaikan
utang ke Om Jay pun langsung buyar. Seharian penuh kucoba menghubungi siswa yang
bersangkutan, sebut saja inisialnya NK. Kuhubungi rekan-rekan guru dan
teman-teman NK agar informasi dari wakakur bisa sampai di tangan NK. Hasilnya
nihil senihil aku melunasi utang membuat resume pertemuan kedua ini. Karena
lumayan lelah, sambil rebahan kuputar rekaman audio dari pemateri pertemuan
ketiga yaitu Ibu Sri Sugiastuti, M. Pd. Akan tetapi, baru saja kupejamkan mata
ini, tiba-tiba sebuah notifikasi dari HP terdengar nyaring. Aku terperanjat. “Pak
Dani, mohon maaf saya baru mengumpulkan tugas hari ini (NK)”. Kukondisikan perasaanku
yang campur aduk sedemikian rupa. Kubalas pesan NK dengan ucapan terima kasih,
kulengkapi nilainya dan kukirim segera ke wakakur, lalu aku bobo manis. Tekadku
masih menyala, besok pagi utangku harus segera kulunasi. Titik.
Kubuka Kembali laptopku. PR niat
muliaku melunasi utang tetap berkobar. Kesalahanku hanya satu: membiarkan HP
tergeletak cantik di sebelah laptop. Hingga peristiwa yang hampir serupa pun terjadi
lagi. Sebuah notifikasi di HP mengalihkan perhatianku lagi. Tak tahan aku untuk
segera membuka sebuah pesan di dalamnya. “Dani, Teteh sudah di depan rumah.” Gubrak…!
Aku syok, terdengar suara pintu gerbang rumahku dibuka. tampak rombongan keluarga
besar kakak perempuanku memasuki rumahku. Kututup kembali laptopku. Kusambut
mereka dengan hangat. Aku larut dengan bincang dan derai tawa bersama mereka hingga
Isya menjelang. Kulayani mereka dengan baik semampu aku bisa. Mereka pun berpamitan.
Aku tetap tersenyum sekalipun kembali lelah mendera. Kuputuskan untuk berbaing
sejenak di atas sofa. Tanpa sadar aku pun tertidur pulas. Lha, terus tugas
resumenya bagaimana? Kondisinya tetap sama: masih ngutang hehe…
Maafkan saya ya Om Jay ganteng, please!
Selasa, 02 Juni 2020
Sedikit
demi Sedikit, Lama-lama Menjadi Bukit
Oleh : Dani
Makhyar, M. Pd.
Di tengah rintik air hujan malam,
saya tuliskan beberapa hal penting pertemuan pertama kuliah on line Belajar
Menulis Gelombang 12 Bersama Om Jay.
Menurut Om Jay –seorang guru
berprestasi dan inspiratif, penulis buku best seller, sekaligus blogger
ternama di tanah air--, menulis buku itu memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Oleh karena itu, beliau selalu menulis di blog setiap hari. Dengan menulis di
blog setiap hari, Om Jay bisa membuat buku. Beberapa buku karya Om Jay di
antaranya adalah Catatan Harian Seorang Blogger, Melejitkan Keterampilan
Menulis Siswa, Blogger Ternama, dan Menulislah Setiap Hari.
Berkat menulis Om Jay mendapatkan
pundi-pundi uang yang tidak sedikit, bisa menginap di hotel berbintang lima
secara gratis, naik pesawat gratis, bisa jalan-jalan ke Bali dan diundang
keliling Indonesia gratis, kuliah singkat di Cina gratis, bahkan hingga diajak
makan siang di Istana Negara bersama Presiden Jokowi. Ajaib kan? Benar kata Om
Jay, istilah “Sedikit demi Sedikit, Lama-lama Menjadi Bukit” memang terbukti.
Selain membaca dan menulis dijadikan
sebagai sebuah kebutuhan bagi seorang penulis, satu hal yang dapat saya garis
bawahi dari pengalaman menulis Om Jay adalah bahwa beliau tidak pernah berputus
asa dalam menerbitkan buku. Pengalaman beliau membuktikan bahwa ada buku Om Jay
yang akan diterbitkan di sebuah penerbit mayor yang prosesnya hingga selama
tiga tahun. Oleh karena itu, lanjut Om Jay, yang namanya kolaborasi dalam
proses penerbitan sebuah buku menjadi penting. Penulis tidak bisa bekerja
sendiri, tetapi butuh editor yang membantu menyajikan karya penulis menjadi
renyah dan enak dikonsumsi. Makanan kali yaaa... ?? Hehe…
Bogor, 1
Juni 2020